WAYOUT.ID, SAMARINDA – Mendekati pengujung tahun, pertumbuhan ekonomi Kaltim perlahan-lahan membaik.
Hal ini terlihat dari capaian pada triwulan III 2020 sebesar 4,61 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan II, ekonomi di Bumi Mulawarman tumbuh sebesar 2,39 persen (q-to-q).
“Membaiknya perekonomian Kaltim ini ditopang oleh membaiknya lapangan usaha utama. Serta kembali menggeliatnya konsumsi pemerintah maupun masyarakat,” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono.
Tren tersebut juga terlihat dari persentase pertumbuhan walau mengalami kontraksi sebesar 4,61 persen. Yang secara tahunan atau year on year (yoy) lebih baik ketimbang kontraksi triwulan sebelumnya 5,46 persen.
Sayangnya, kondisi Kaltim masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi 3.49 persen (yoy). Lebih lanjut, kata Tutuk, lapangan usaha utama pemicu pertumbuhan ekonomi yang dimaksud tak lain adalah industri pengolahan serta pertambangan, baik minyak, gas, dan batu bara.
Khusus industri pengolahan ini dipicu oleh beroperasinya kilang minyak Balikpapan yang sebelumnya sempat menghentikan produksi. Sedangkan, pertambangan batu bara masih mengalami kontraksi meskipun menunjukkan perbaikan dari triwulan sebelumnya.
“Hal ini disebabkan oleh curah hujan lebat yang berakibat dengan terganggunya produksi batu bara. Meski demikian permintaan ke negara pengekspor selain Tiongkok mulai membaik,” jelasnya.
Kemudian dia lanjutkan, dari sisi pengeluaran, perbaikan ekonomi juga terlihat dengan adanya perbaikan konsumsi rumah tangga (RT) dan ekspor meskipun masih terkontraksi.
Penyebabnya ialah dimulainya fase adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Kondisi tersebut mendongkrak terbukanya sejumlah lapangan pekerjaan.
Sementara itu, pulihnya volume ekspor bersumber dari perbaikan ekspor batu bara serta tingginya permintaan crude palm oil atau CPO. Tingginya pertumbuhan ekspor CPO juga diiringi oleh peningkatan harga. Dari 7,66 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 31,71 persen (yoy).
“Penyebab utama tingginya ekspor CPO tersebut tak lain karena pengiriman ke Tiongkok yang mengalami pertumbuhan 28,27 persen (yoy) sedangkan triwulan sebelumnya minus 33,42 persen (yoy),” ujarnya. (***)
Reporter: Satria Mega Dirgantara
Editor: Bima Putra Perkasa